Sabtu, 01 Februari 2014

VOX POPULI VOX ARGENTUM


Para filsuf Yunani hingga pemikir masa sekarang, menempatkan rakyat pada posisi yang sangat mulia. Hampir setiap konstitusi di belahan dunia manapun, menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Indonesia misalnya, menempatkan kedaulatan ada di tangan rakyat. Klausul tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945.
            Oleh karena itu, demokrasi mengajarkan pada kita bagaimana mekanisme pelaksanaan kedaulatan itu. Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu bentuk implementasi demokrasi. Bentuk pemilu apapun, pemilu legislatif, pemilu presiden bahkan pilkada, selalu menempatkan suara rakyat sebagai alat ukur untuk menempatkan siapa yang yang jadi pemenang. Itulah suara rakyat, yang selalu disebut-sebut menjelang pemilu.
 

Perkembangan Vox Populi
            Dalam tataran praktis, tidak selamanya Vox Populi (suara rakyat) ditempatkan pada tempat yang terhormat. Sering kali, suara rakyat dalam pemilu hanya dijadikan alat untuk meraih kemenangan, setelah itu ditinggalkan. Pada era filsuf Yunani, selalu dikatakan bahwa Vox Populi Vox Dei, suara rakyat suara Tuhan. Ini menunjukkan bahwa suara rakyat selalu membawa kebenaran. Wakilnya pun, yang memperoleh mandat dari rakyat, juga akan membawa suara kebenaran.
            Pada dewasa ini orang tentu dapat berkilah, ya itu jaman dulu. Ketika jumlah warga masyarakat tidak terlalu banyak, maka kepentingannya pun juga belum terlalu banyak. Jadi suara rakyat, benar-benar mewakili hati nurani. Yang berarti menyuarakan kebenaran. Dus, suara rakyat suara Tuhan.
            Perkembangan berikutnya suara rakyat turun derajatnya. Kalau pada awalnya suara rakyat suara Tuhan, pada era raja-raja yang tidak berdasarkan konstitusi, suara sakyat malah tidak dianggap. Dalam tataran teoritis, disebut Vox Populi Vox Nihili. Kondisi demikian sangat berbahaya, karena pemegang kekuasaan tak lagi mendengarkan suara rakyat. Padahal, kekuasaan itu diperolehnya dari rakyat.
            Untunglah, kekuasaan yang mengabaikan suara rakyat tidak ada lagi di belahan bumi ini. Vox Populi Vox Nihili tinggal ada dalam catatan sejarah. Karena catatan sejarah, dan menorehkan tinta yang kurang bagus, tentu jangan kita ulangi kembali.
            Perkembangan terakhir, lebih menyedihkan lagi. Suara rakyat adalah suara gemercing uang (Vox Populi Vox Argentum). Sang kandidat menyiapkan uang, rakyatnya yang jadi pemilih meminta uang sebagai ganti suara yang diberikan. Jadi nilai suara rakyat, ya sebesar transaksional itu. Kamu memilih ya aku bayar. Jadilah seperti apa yang kita kenal dengan money politic.

Pemilu Sebentar Lagi
            Insya Allah, hari Rabu tanggal 9 April 2014 kita akan melaksanakan pemilu legislatif. Tahapan-tahapan pemilu sedang berlangsung. Daftar Calon Sementara segera diserahkan ke KPU sesuai tingkatannya. Kenalilah para calon-calon itu sebelum kita sebagai pemilih menetapkan pilihan kita. Pilihlah sesuai akal kita, agar kita tidak menyesal terhadap pilihan kita.
            Jangan tertarik diimingi-imingi “berjuang’ dan “merah biru ngereng panjenengan”. “Berjuang” bermakna beras, baju dan uang, sedangkan “merah biru ngereng panjenengan” bermakna seratus ribu apa lima puluh ribu terserah calon.
            Salah satu faktor tidak tidak harmonisnya hubungan antara calon terpilih dengan pemilih adalah urusan money politic di atas. Sang calon mengatakan saya sudah bayar, sedangkan pemilih beranggapan apa yang diterima sebagai pengganti atas waktu memilih. Tidak jarang kemudian, mereka yang terpilih enggan bertemu dengan pemilihnya.
            Akhirnya, kepada kita semua pemilu 2014 akan bergantung. Akankah kita memilih Vox Populi Vox Dei, Vox Populi Vox Nihili ataukah Vox Populi Vox Argentum.

2 komentar:

ghofar1.blogspot.com mengatakan...

Menurut saya ketidak jujuran pemimpin yang melencengkah langkah Negara ini menuju haluan perusakan moral yang tak disadari oleh masyarakat kecil

winasisyulianto mengatakan...

jujur memang merupakan salah satu syarat jadi pemimpin. mudah-mudahan dibaca oleh pemimpin kita

Posting Komentar

 
;